Laman

Senin, 14 November 2011

Cerita Perawat 2: Harmonisasi Emergensi


Seperti biasanya, aku ngoyot di bus shelter menunggu si bus 7* datang. Jumlah bus yang beroperasi di jalur ini memang tak sebanyak jalur yang lain, sebagian banyak penumpangnya pun lansia. Sudah hampir setengah jam kakiku menopang badanku yang sudah lebih gemuk dibanding pertama kalinya aku ngoyot di tempat yang sama… Fiuhhh…. Mana sih, bikin bosan saja. Ambil posisi PW (puwweeenakk), nyandar ke tembok, ambil HP, aku nyalakan music player, biar ditemeni singer yg cakep (xixixi, malu^^), Maher Zein… Beuh… mantebs, menunggu jd tdk begitu membosankan.

Lagi melo-melonya dengerin suara Maher Zein, diriku terperanjat, kaget bin terkejut, berteriak, “astaghfirullah…”, sambil kututupkan tangan ke mulut…. Di depanku, di depan mataku, terjadi tragedi yang dulunya sempat kupertanyakan (kok tidak pernah ada kecelakaan ya di jalan? Keren…). Nah, now, peristiwa itu tertampakkan di depan mataku…. Seorang gadis tertabrak oleh motor…. (aku tidak tahu kronologi si gadis cantik ini bisa tertabrak because saking menghayati lagunya si Cakep), yang jelas sepertinya suakit banget tu gadis, remuk mungkin (apanya yg remuk?), betapa kerasnya hantaman stang motor itu ke tubuh mungil si gadis).

Kontan, aku dekati si gadis yang terperingsut di jalur motor itu (bahasanya aneh ya, semoga dapat dimengerti, gk nemu bahasa yg cocok soalnya, speechless, kehilangan kata2 setelah 2 bulan dicekok’in bahasa Inggris). Bertumpu badan pada kedua kaki dan kedua tangannya, ia tidak bergeming…. Hanya rintihan tersendat-sendat yang terdengar dari mulutnya dengan wajah yg menunduk… Aku ikut jongkok agar bisa kulihat keadaannya, biar bisa kutatap raut mukanya, minimal bisa kutebak rasa yang ia rasakan (mengira2 seberapa parah ia, dengan menebak skala nyerinya (pake ilmu kiro-kirologi lagi deh). Anehnya, tak ada lagi yang mendekat, hanya aku…. Lhoh????? Kenapa ini,,, padahal banyak orang. Waduh, mbuhlah, cuek bebek.

Bisa tebak apa yg kulakukan???? Seperti biasa pula, bingung meh nyapo. Meh Tanya, “dimana yang sakit?" gk iso bahasane… “What do you feel?”… “ Where the sick?” bahasa inggrisnya juga ikut2an berabe..

Untung ada 2 orang yang ikut nimbrung…. Yang membantu komunikasi, tapi ya sama saja si gadis tidak mau berkata-kata, hanya merintih.

Si pengendara motornya yang trpelanting ke tengah jalan (gk jatuh, hanya tidak berhenti di TKP, saking bantere) datang,,, jreng,,jreng,,,

Aku tatap dia, wuihhh,,,,, seperti artis korea…. What???? Oh no, jaga pandangan…jaga pandangan,,, cukup sekali saja natapnya (pandangan pertama kan diperbolehkan, he)

Si artis korea ikut2an bingung… yo mesti, nabrak kok, dadi kabeh podho bingung… ada bapak2 (petugas bus sepertinya) yang datang dan telepon2 begitu… Kami angkat si gadis ke tepi (tenang, tidak tampak ada cedera vertebra, because si gadis bisa mencoba berdiri), kami dudukkan dia….

Yang keren, tampak sebuah mobil dengan lampu biru merahnya dari kejauhan… Wuissshhh cepet banget ambulance-nya datang (gk nyampe 10 menit dari jam kejadian). Tulit..tulit..tulit… ambulance mendekat. Jreg, berhenti di dekat kami, petugas samping sopir langsung turun menghampiri… lengkap dengan perlindungan dirinya (masker dan sarung tangan plastic), tapi lagi2 mata ini tertuju pada wajahnya yg tertutup masker,,, beuh, tampak cakep, keren (hehehe). Si sopir juga turun, rupanya tenaga medis juga, tak kalah cakepnya. Upss… ghodul bashar…

Dia lihat kondisi pasien, kembali lagi ke ambulance dan mengambil sebuah tas. Dikeluarkan normal salin dan kassa,,, dibersihkannya vulnus ekskoriasi alias lecet (hehehe, nggaya pake bhsa medis), bersih sudah, ditutup kassa dan diplester. Petugas yang lain mengambil brangkart (tulisane piye sih? Pokok’e anak keperawatan mudeng iki). Brangkart-nya apik je, bisa munggah mudun dhewe, nekuk dhewe (‘katrok’ banget, orang kita juga punya, sorry ya, lebai.com). Tubuh gadis dipapah ke brangkart, diselimuti, diikat (ehh, kayak barang aja), di-restraint maksudnya dan dimasukkan ke ambulance….

Kutatap ambulance yang pergi menjauh membawa gadis itu… hingga tak tampak kembali (ya iya, wong ambulance-nya belok di pertigaan, gk tampak lagi, hihihihi)

Petugas bus menghampiriku….

“Where are you from?..”

“Thanks U very much”

Seorang kakek lain juga bertanya hal yang sama, Cuma pake bhsa planet china, bla..bla…

“..in ni ren ma?” Intinya, kamu orang INDONESIA? (kayaknya gitu, he..)

Dan akhirnya, si 7* datang…. Asyik… Waktunya pergi…. Sampai jumpa lagi. (^___^)

Taichung-Taiwan, 29 Oktober 2011

Cerita Perawat 2: Siapa yang Seharusnya Peduli?


...............

Aku mengikuti Mas L dari belakang. Kami masuk ke ruang UGD menuju sebuah bed pasien. Di situ terbaring seorang wanita berkerudung yang terlihat sangat lemas, wajahnya pucat sekali. Aku mendekatinya.

”Mbak...tolong saya” suaranya lirih, air matanya mengalir.

”iya, Mbak..”

”Saya kok diare darah, keluar terus, tak mau berhenti. Sudah basah semua celana saya ini”

Kulihat celananya, tak bisa kubayangkan apa yang dirasakannya. Kupandangi juga tubuhnya yang kurus sekali.

”sebentar ya mbak” jawabku mengulur waktu. Aku masih bingung.

Mas L mengajakku keluar.

”Seperti itulah Dek. Namanya mbak Vani (bukan nama sebenarnya). Dia dari kota M, naik bus sendiri. Merangkak katanya”

”Sendiri..?” ucapku lirih. Terbersit gambaran mbak Vani yang merangkak naik bus dan turun bus. Dengan kondisi tubuh yang seperti itu, dia melakukannya sendiri.

”Aku harus gimana mas?”

”Coba kau bersihkan saja dulu Dek”.

Aku pun pergi menemui mbak Vani lagi.

Sambil tersenyum kutanya, “Mbak namanya siapa?” walau aku sudah tahu namanya, aku tetap menanyakannya, sebagai caraku untuk menjalin hubungan saling percaya.

”Vani...”

”perkenalkan nama saya Rara, saya temannya mas L”.

Mbak Vani tersenyum pucat.

”Mbak, saya bersihkan ya diarenya. Bawa celana ganti tidak?”

“Tidak mbak, saya tidak bawa apa-apa.”

“Ya, sudah, saya belikan pampers ya. Mbak Vani mau pakai nantinya?”

”Ya...”

.....

Kuajak mbak vani ke kamar mandi untuk ganti celana. Kupakai handscone yang sudah disediakan.

“Mbak, apa ini?” jerit mbk Vani.

Kulihat tangan mbak vani memegang benjolan sebesar kepalan tangan laki-laki dewasa yang keluar dari anus. Benjolan itu berwarna merah darah segar. Dia meremasnya.

“mbak vani, jangan diremas ya…. Nanti terjadi perdarahan, ayo kalau sudah selesai kita segera kembali ke tempat tidur”

“Mbak ini apa?” sambil menangis mbak Vani tetap meremas benjolan tersebut.

“Mbak vani, tidak apa-apa. Ayo saya bantu bersih-bersih”. Hatiku miris melihatnya. Terlihat sekali mbak Vani kesakitan gara-gara benjolan tersebut. Dengan sekuat tenaga ia mengejan untuk mengeluarkan feses, tetapi yang keluar justru benjolan merah darah. Kubantu ia memakai pampers sebagai bantalan feses dan darah, serta celananya. Kupapah ia menuju bed kembali.

Mas L mencoba menghubungi no rumah yang diberikan mbak Vani. Berkali-kali kami menghubuginya, tetapi yang dituju tidak mengangkat telepon.

....

Mbak Vani pernah menikah 3 kali semasa hidupnya. Suami yang pertama menikah lagi jadi mbak Vani meminta cerai demi istri kedua suaminya. Lalu ia menikah lagi dg seorang laki-laki yang sangat mencintai mbak Vani. Tapi takdir memisahkan mereka, suami kedua mbak Vani tertabrak motor dan meninggal dunia. Mbak Vani menikah lagi dengan seorang laki-laki yg harapannya dia adalah pendamping hidupnya sampai tua nanti. Tapi ternyata suami ketiganya ini bukanlah sosok setia pada satu pasangan. Mbak Vani akhirnya meminta cerai lagi. Tapi sungguh naas nasib mbak Vani, dia sudah terlanjur mendapat transmisi virus HIV......

Cerita Calon Perawat 1: Kisah Jatuh dan Terpeleset


Semarang, 1 Desember 2009

Hari ini adalah jadwalku praktik malam di IGD (Instalasi Gawat Darurat) sebuah rumah sakit di Semarang. Huaahhhh....awalnya ngantuk, tapi setelah masuk ruangan IGD dan melihat pasien membuatku semangat. Yupz, waktunya beraksi hingga membuat malam ini terasa menyenangkan.

Ada yang menarik hati ketika kulihat buku rekapitulasi pasien dini hari ini. Ehhm...dalam satu siklus hari ini terdapat 6 pasien yang masuk IGD akibat jatuh dan terpelesat, bukan karena kecelakaan lalu lintas yang setiap hari selalu ada.

a. Tiga pasien jatuh terpeleset di kamar mandi:

• Ada Tn. X (50thn) terpeleset di kamar mandi hingga menyebabkan fraktur (patah tulang) tertutup di tangan kirinya.

• Ada lagi Tn. Y (61thn) jatuh di kamar mandi dan masuk IGD dengan diagnosa stroke attack.

• Yang terakhir Ny. Z (41thn) yang terpeleset juga di kamar mandi. Akibatnya tak kalah parah dengan pasien sebelumnya, kedua bibir dan pipi kiri si ibu bengkak, hidung pasien berbekas darah kering (kata si bapak/suaminya, si ibu ini mengeluarkan darah lewat hidung pasca jatuh). Setelah dirontgent, dokter mencurigai adanya keretakan tulang hidung.

b. Dua pasien jatuh dari tangga

• Pasien pertama, Tn. A (53thn) yang jatuh dari tangga dan menderita cedera kepala ringan.

• Pasien kedua Tn. B (25thn), jatuh dari tangga hingga kuku pada jempol kaki kirinya mau lepas. Bapak ini mengerang dan berteriak kesakitan saat perawat melakukan tindakan pelepasan kuku dan penjahitan luka.

c. Satu pasien jatuh dari pohon.

Adalah Tn. O (menurut ilmu perkiraan, umurnya kira-kira 23 tahunan-an). Kasus ini tak main-main. Pasien datang tengah malam dengan mengerang kesakitan. Tubuhnya kotor seperti dari ladang, banyak serpihan daun di lehernya. Awalnya kami kira ia pasien kecelakaan lalu lintas. Ternyata setelah kami tanya, ia dan temannya menyatakan bahwa ia jatuh dari pohon. Jatuh dari pohon? Malam-malam begini? Bikin penasaran saja. “Kenapa manjat pohon malam-malam begini, mas?” kami tanya si pasien. Si pasien tak menjawab. Teman-temannyanya yang menjawab, bahwa pasien jatuh dari pohon durian di kampusnya. Ehmmm.....begitu tho (manggut2). Nah, selanjutnya pembaca yang budiman bisa menebak sendiri. Si pasien mengalami fraktur di tangan kiri, dan suspek fraktur pula di tangan kanannya. Akhirnya si pasien dibawa ke ruangan rawat inap dengan kedua tangan terpasang spalk (kayak robot deh,,, cepat sembuh ya Mas).

Pada hari pertama aku praktik pun, aku menjumpai ada dua pasien yang jatuh di kamar mandi. Yang satu seorang wanita muda yang hamil, hamil muda pula. Si ibu mengalami perdarahan di kandungannya. Yang seorang lagi seorang ibu setengah baya dan menderita pegal di sebagian besar tubuhnya.

Kejadian jatuh dan terpeleset memang sudah sering kita dengar. Hanya saja mungkin kita tak sampai berpikir bahwa kejadian itu dapat berakibat fatal, seperti yang telah saya tulis. Kamar mandi.....tempat yang setiap hari kita datangi, tempat ini sering kali licin akibat mudahnya akses air dan lumut/ kotoran yang membuat kejadian jatuh sering terjadi di sini (menurut hukum peluang dari statistika jaman SMA dulu). Tangga....yang seharusnya membantu kita lebih aman untuk bergerak naik dan turun pada dua tempat yang berbeda ketinggian, malah dapat membuat kita turun sepeti gerak jatuh bebas atau vertikal ke bawah. Banyak gaya yang akan diterima tubuh ketika jatuh ini. Efek gaya dan perubahan energi yang terjadi dapat menyebabkan cedera pada tubuh yang terkena, bahkan efeknya bisa menjalar ke bagian tubuh yang lain layaknya penjalaran gelombang pada benda padat.

Ngeriii....

Musibah bisa terjadi dimanapun kita berada. Dari kamar mandi bisa sampai ke IGD rumah sakit, dari tangga juga bisa ke IGD, bahkan dari pohon durian pun juga masuk pintu IGD (bukan durian runtuh lagi ceritanya, tapi justru manusia yang runtuh, eh jatuh dari pohon durian). Jadi, memang banyak sekali pintu masuk ke IGD. So, Be carefull anytime and anywhere.... :)

Salam Sehat dari sang Calon Perawat!!!!